Gagas Media Fanpage's Writing Challenge (7/9/11) part two


"... Tanpa sepengetahuan orang-orang, aku menjauh dari keramaian dan menangis tanpa suara. "
Aku menatap ballroom itu untuk kesekian kalinya. Aku kembali menimang apakah aku perlu masuk atau tidak. Oke, ini memang berlebihan. Aku sudah sampai sini, percuma kalau tidak masuk.

Untuk menunda waktu berpikirku, aku memasuki toilet wanita (lagi). Semenjak tadi, aku menghabiskan waktu di sini untuk memeriksa riasanku atau untuk pura-pura cuci tangan. Tetapi kali ini, untuk meyakinkan diriku bahwa aku kuat untuk masuk ke dalam pusara kenangan.

Aku bisa. Aku yakin aku bisa. Setelah men-scanning penampilanku hari ini, aku pun melangkah keluar dari toilet dan berjalan menuju pintu masuk ballroom.

Here we are. Di dalam sudah padat sekali dengan orang. Oke, tidak pantas disebut dengan 'orang', karena aku mengenal setengah dari wajah-wajah orang yang ada di sini. Kebanyakan dari teman-temanku mengajak pasangan mereka, jadi wajar kalau aku hanya mengenal setengah dari seluruh orang yang ada di sini. Menyedihkan, mengingat aku tetap nekat datang ke sini, sendiri.

Aku mengambil segelas cocktail. Menghabiskan waktuku untuk memperhatikan teman-temanku berceloteh dari sudut ruangan. Sengaja. Aku hanya ingin melihat perubahan mereka, tanpa mereka menyadari kehadiranku.

10 tahun sudah sejak kami meninggalkan bangku SMA. Semua sudah berubah. Ada yang membawa suaminya, pacarnya, bahkan ada yang membawa anak bayinya yang dijaga oleh babysitter. Mereka tak lagi membicarakan gosip di sekolah, makhluk terpopuler, atau guru-guru. Kini mereka membicarakan bisnis, perkawinan, anak, cerita konyol masa-masa SMA.

Spotted! Aku melihat dia. Dia juga memegang segelas cocktail yang hampir tidak tersentuh bibirnya karena bibirnya asyik bergerak untuk berbicara dengan.. seseorang di sampingnya dan kawan lamanya. Tentu saja, dia pasti sudah punya pasangan hidup. Betapa bodohnya aku karena sempat berpikir bahwa ia akan datang sendiri.

Dia tampak bahagia. Tawanya yang khas pernah mencuri perhatianku. Tidak. Kini tawa itu masih mengundang perhatianku. Aku tersenyum kecut. Aku yang sudah berpisah dengannya selama 8 tahun, masih menaruh perhatian padanya.

Tanpa sepengetahuan orang-orang, aku menjauh dari keramaian dan menangis tanpa suara.


Gagas Media Fanpage's Writing Challenge

Comments

Popular Posts