Gagas Media Fanpage's Writing Challenge (19/8/11) part two
"... Malam itu, untuk pertama kalinya, aku tak merasa sendirian."
Rindu. Aku rindu. Di manakah aku bisa melepas rasa ini? Seharusnya rasa rindu ini tidak boleh ada, karena rindu kepada orang yang sudah tiada tidak akan pernah sirna. Tetapi rasa ini semakin hari semakin membuncah.
Akhirnya sore itu, selepas kerja aku pergi ke makamnya.
Aku meletakkan bunga lili di atas makam itu. Nisan itu diukir dengan nama Gitta Alexandra. Aku mengelus ukiran itu dengan sayang.
“Gitta, apakah kamu baik-baik saja? Aku rindu padamu.”
Tak ada jawaban. Seakan suara itu ditelan angin sehingga tak ada yang bisa mendengar.
Ponselku bergetar. Nama Marco terpampang di layar ponselku. Tanpa ragu-ragu, aku menekan tombol merah. Maaf, Marco, hari ini aku ingin sendiri.
Lama aku bercakap-cakap dengan 'Gitta', memuaskan rasa rindu ini. Walaupun tak akan terbalas, aku sedikit lega karena bisa mengungkapkan isi hatiku dengannya.
Puas mengeluarkan unek-unek, aku pun memutuskan untuk pulang, Saat itulah aku melihat sesosok lelaki tinggi menghampiriku. Walaupun di tengah keremangan malam, aku bisa menduga kalau itu Marco.
“Sudah kuduga kau pasti ada di sini.” katanya sambil menatap mataku yang kering bekas air mata lalu mengusapnya dengan sayang. “Kau pasti menangis lagi.”
Aku menunduk, tidak tahu harus berkata apa.
“Warda..” panggilnya sambil mengarahkan wajahku agar menatap matanya yang harus kuakui indah. “Aku tidak ingin melihatmu sedih lagi. Bisakah kau berbagi kesedihan itu padaku?”
Lagi-lagi lidahku kelu.
Marco memelukku. Aku tak menolak, namun juga tidak bereaksi apapun. “Warda, menangislah di hadapanku. Dengan begitu, aku bisa menghapus semua rasa pedih di hatimu...”
Perlahan air mataku mengalir. “Marco..”
Marco melepaskanku dari pelukannya. Kini ia menatap mataku lekat-lekat. “Warda, aku mencintaimu.”
Bibirku refleks menyunggingkan senyuman. “Aku juga.”
Marco memelukku lagi. Kali ini lebih erat. “Aku tidak peduli kau janda. Aku peduli padamu juga pada Gitta kecil yang sudah tiada.”
Aku tersenyum dan melepaskan pelukannya.
“Aku akan memberikan beberapa 'Gitta' untukmu.” katanya tersenyum jahil.
Aku tertawa.
Gitta, aku sudah menemukan calon ayah barumu.
Malam itu, untuk pertama kalinya, aku tak merasa sendirian.
Gagas Media Fanpage's Writing Challenge
Comments
Post a Comment