Teruntukmu yang Belum Bernama

Berjalan dengan dua kaki di jalan yang panjang bukan hal yang mudah. Banyak kerikil yang bisa berubah menjadi karang. Namun, bagaimanapun aku tak punya pilihan selain menghadapinya.

Tiba-tiba saja kakiku menginjak sesuatu. Sebuah cermin. Cermin yang masih utuh, walaupun sudah sedikit retak. Aku mengambilnya, dan memperhatikan pantulan diriku.

Mendadak saja aku merasa aku bukanlah orang yang sama saat aku menulis surat padamu. Aku tidak tahu apa yang berbeda. Mungkin aku telah kehilangan gairah. Mungkin aku telah salah melangkah. Mungkin... aku telah kehilangan tujuan.

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Namun, yang jelas aku tahu, ada yang salah dengan diriku.

Aku tidak bisa menemukanmu. Aku tidak bisa menenggelamkan diriku untuk melanjutkan mimpiku. Yang paling buruk adalah, aku tidak bisa membicarakan ini, karena aku tidak tahu apa yang salah dalam diriku.

Aku kembali melangkah dengan langkah gontai. Aku mulai lelah dengan perjalanan ini. Apakah sebaiknya aku berhenti? Akan tetapi, aku bahkan tak tahu apa yang kulakukan untuk meraih kembali apa yang seharusnya kucapai.

Mungkin saat ini, yang terbaik adalah aku berhenti melangkah sebentar, tetapi jangan pernah ragukan aku akan niatku untuk menyelesaikan perjalanan ini. Tunggulah, sampai aku siap lagi. Mungkin... setelah aku berhasil menyelesaikan studiku (?)

Comments

Popular Posts