Dreamy

Kira-kira beginilah percakapan saya dengan bos:

Saya: "Aku sih nggak masalah kalau (kontennya) mau diubah jadi gini. Tapi masalahnya, gambarnya gimana, Ci?"
Bos: "Cari di (alamat website) aja. Cari yang buat editorial."
Saya: "Kayaknya kalau untuk konten ini (sangat Indonesia) nggak ada deh.."
*Jeda beberapa detik*
Saya: "Ah, mending ada fotografer gitu. Jadi ada yang ngeliput event-nya, terus aku bisa buat deh. Atau, aku sekalian ngeliput aja deh, Ci." (Dengan nada bercanda)
Bos: "Ya udah, nggak ada fotonya nggak apa-apa. Coba dibuat dulu deh wording-nya."
Saya: "Oke."

Selama tiga tahun ditempa dengan sesuatu yang bernama jurnalistik itu, ternyata masih berbekas dalam diri saya!

Dan, saya kembali ingat akan diri saya yang membayangkan bagaimana rasanya liputan di tempat antah berantah di belahan Indonesia ini untuk meliput dan menjadi bagian dalam sebuah NGO.

Saya menanyakan diri saya sendiri, apakah sisi itu juga masih ada?

Dan, seperti ada yang menjawab saya, jawabannya adalah 'ya'.

Hasrat saya untuk meliput masih kental. Tapi di sisi lain, saya juga menyenangi apa yang saya lakukan saat ini.

Mungkin saja... 'rumah' saya saat ini adalah manifestasi dari 'rumah' berikutnya..

Ah, apa kabar dengan dunia fantasi saya?

...

...

...

Dia masih ada di sana.. menunggu dengan sabar, kapan saya akan menengok dan kembali bermimpi. Dia adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam diri saya. Sebab, dialah adalah pintu untuk 'rumah' saya.

Happy World (Fiction) Book Day!

PS: Terima kasih pada Rheza Aditya yang masih percaya pada tulisan (fiksi) saya :)

Comments

Popular Posts