A Draft Post from 11 November 2011

Saya lagi rajin-rajinnya posting di Blog, dan menemukan salah satu draft Blog yang belum tersentuh lagi. Draft ini berisi keinginan saya untuk menikah di atas 25 tahun.

Itu dulunya adalah target saya.

Sekarang? Entahlah.. 

Seiring berjalannya waktu, saya punya kesimpulan bahwa beberapa hal yang bisa ditelusuri untuk menentukan usia ideal untuk menikah, yaitu kematangan seseorang secara emosional, intelektual, juga spiritual. 

Ketika seseorang telah siap secara emosional, dia mampu menghadapi emosinya, tanpa lari atau terlalu terbawa emosinya sendiri. Tentu ini akan sangat membantu saat menghadapi konflik dalam pernikahan.

Intelektual memang sesuatu yang selalu dikejar, dan tak akan pernah berhenti. Namun, saat seseorang matang secara intelektual, dia tidak akan menempatkan kepuasan secara material menjadi pioritas utama. Artinya, seseorang tidak lagi menempatkan karier sebagai tumpuan atau tujuan hidupnya semata.

Spiritual itu memang bukan suatu pencapaian, melainkan sebuah pengalaman berharga atas semua yang terjadi dalam hidup, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Ini adalah momen ketika seseorang merasa dia telah bertumbuh, telah mencari, telah berusaha. Bahwa seseorang telah menyelesaikan sekian puluh bab dari hidupnya untuk berada di tempatnya saat ini. Dan, ketika dia berhasil menutup semua bab itu untuk hidup di saat ini, menit ini, detik ini, di situlah sesuatu yang lain hadir: kematangan secara spiritual.

Intinya, yang bisa menentukan apakah seseorang lebih baik menikah saat ini atau menunda usia pernikahannya adalah dirinya sendiri. Jadi tak akan ada kata 'terlalu muda' untuk menikah atau 'terlalu tua' untuk menikah.
 

Comments

Popular Posts