Ini tentang KITA

Buat saya, kalau kamu menghargai seseorang, dia berhak tahu apa yang kamu pikirkan dan rasakan. Kalau kamu tak bersedia berbagi dengannya, lebih baik renungkan kembali apakah sebenarnya kamu benar-benar menyayanginya? Sebab, kalau jawabannya adalah 'ya', pastinya kamu percayakan dirimu padanya.

Pastinya ada hal-hal yang membuat kamu menenggelamkan pikiran dan perasaanmu dan memilih untuk mundur. Contohnya, tokoh Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang meninggalkan cinta tanpa alasan yang jelas. Terungkap dalam sekuel itu bahwa Rangga merasa minder dengan kondisi dirinya yang belum mapan sehingga merasa tak bisa membahagiakan Cinta. Namun, apakah Cinta tahu itu dari awal? Tentu saja tidak. Di sinilah letak kesalahnnya. Bahwa sudah sepatutnya dua orang yang berkomitmen memikirkan masa depan hubungan mereka berdua bukan hanya dengan pemikiran sendiri atau mengorbankan diri sendiri untuk pasangan. Justru, hal yang perlu dipertimbangkan adalah: "Apa yang seharusnya kita lakukan?"

Ya. Kita. Klise, sih, tapi itu kenyataannya: Jangan berpikir tentang kamu ataupun tentang dia, tapi lakukan sesuatu untuk kita. Seorang Bhikku favorit saya, Ajahn Brahm berkata kurang lebih seperti ini, "Jika ada masalah, itu bukanlah masalahmu atau masalahnya, tapi masalah kalian bersama. Kalian adalah satu."

Source image: unsplash.com

Selain ketidakmampuan menangani konflik, sampai detik ini saya yakin bahwa laki-lakilah yang memegang kendali atas masa depan hubungan perempuan dan laki-laki. Jika dia menyayangi perempuan itu, dia akan kejar. Jika tidak, dia akan menggantungkan atau bahkan mengacuhkan perempuan. Jika dia ingin menyerah, tak ada yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan untuk menyakinkannya. Sebaliknya, jika ia begitu ingin mempertahankan perempuan yang disayanginya, perempuan mana pun tak akan bisa luput dari genggamannya, kecuali perempuan itu tak menyayanginya sama sekali.

Well, di sini tak memojokkan peran laki-laki, perempuan juga sering melakukan hal-hal yang membuat laki-laki mengurangi rasa kepercayaan dirinya: memojokkan laki-laki itu hingga akhirnya laki-laki itu benar-benar pergi. Ini murni masalah insecurity perempuan yang ingin membuktikan bahwa laki-laki ini benar-benar tangguh dan menyayanginya, jadi meski didorong pergi, laki-laki itu tetap bergeming.

Namun, apa pun alasannya, kalau kamu benar menyayanginya, jujurlah tentang apa yang kamu pikirkan dan rasakan, setidaknya pada dirimu sendiri dulu. Sebab, itulah yang membuat kalian akan percaya satu sama lainnya.

Comments

Popular Posts