Kenapa Ada Perpisahan?

 
Source Image: stocksnap.io
I always wonder why two love birds who were vow each other a few years ago then the 'divorce' words come to separate them. Misalnya, pasangan Dewi Lestari sama Marcel. Well, saya memang nggak punya kapabilitas untuk bicara tentang mereka berdua, tapi hanya penasaran, memangnya cinta tidak bisa lagi mengikat komitmen pernikahan ya? Kalau kata-kata artis sih, 'Udah nggak cocok lagi'. Memang benar bisa begitu? 

Pertanyaan itu terus ada di kepala saya selama ini, dan tanpa saya minta, hari ini saya mungkin mendapat jawabannya. Jawaban ini murni persepsi saya akan sebuah blog yang baru saya baca. Blog tersebut ditulis oleh rekan Liz Gilbert, Glennon yang juga seorang penulis menceritakan bahwa dia segera bercerai dengan suaminya. Dari pembuka tulisan itu, saya agak tersentak.
Craig and I endured serious trauma a few years ago. We suffered. My God, we suffered. I was broken, just completely shattered. And then we healed. It was beautiful.

But what can happen over time is this: You wake up one day and realize that you have put yourself back together completely differently. That you are whole, finally, and strong – but you are now a different shape, a different size. This sort of change — the change that occurs when you sit inside your own pain — it’s revolutionary. When you let yourself die, there is suddenly one day: new life. You are Different. New. And no matter how hard you try, you simply cannot fit into your old life anymore. You are like a snake trying to fit into old, dead skin, or a butterfly trying to crawl back into the cocoon, or new wine trying to pour itself back into an old wineskin. This new you is equal parts undeniable and terrifying.

Seiring berjalannya waktu, dua orang yang mengikat komitmen bisa tumbuh menjadi pribadi lebih baik, tapi sayang sekali mereka tak bisa terus bergandengan tangan dan berjalan di jalan yang sama. Bukan karena cinta, tapi kau tak bisa terus membohongi dirimu sendiri kalau pasangan yang ada di sampingmu sekarang bukanlah orang yang kamu butuhkan. Dalam artian, dulu memang kamu membutuhkannya, tapi setelah membantumu bertumbuh, dia tak lagi kau butuhkan dalam hidupmu. Ya, pasti dia juga merasakan hal yang sama bahwa kalian tak lagi saling membutuhkan.

Kabarnya, setelah cerai, Dewi Lestari dan Marcel masih berteman baik setelah perceraian. Dan, tentu saja ini bisa terjadi. Kadang ada orang yang lebih cocok diajak berteman daripada dijadikan pasangan hidup.

Jadi, kalau ada pandangan, ingin menjadikan pacar pertama sebagai pacar terakhir alias pasangan hidup, eits.. tunggu dulu. Bukannya menakutimu tentang perceraian, tapi perkembangan diri sama sekali tak mengenal waktu. Bisa saja kamu tiba-tiba punya passion baru yang bertolak belakang dengan kepribadianmu yang dulu dan akhirnya membuat komunikasimu dengan pasangan berkurang dan akhirnya kalian bertumbuh masing-masing tanpa saling mengimbangi.

Dan, kalau ditelaah lebih lanjut, perceraian atau perpisahan dengan orang yang kita cintai adalah hal yang wajar. Sebetulnya, bukan sesuatu yang harus kita takuti. Namun, bukan berarti kita pasrah. Tentu saja kita perlu menjaga komitmen dengan pasangan. Intinya, kita harus terus mengimbangi langkah satu sama lain. Yap, komunikasi memang menjadi salah satu kuncinya.

Namun, ketika kau dan pasanganmu telah mencoba untuk mengiringi langkah, kau masih tak bisa memastikan tak ada kata perpisahan di sana. Sure, usaha itu penting, tapi pada akhirnya semuanya diserahkan pada sang waktu.

Jika waktu memang membuktikan bahwa kalian adalah pasangan yang saling membutuhkan sampai akhir hayat nanti, kalian tetap akan bersama. Jika tidak, terpaksa kalian harus berpisah jalan.

Lagipula buat apa memaksakan hubungan yang 'telah mati' atau terlalu negatif? Hubungan yang terlalu negatif itu biasanya lebih membuat energi terkuras, terlalu lelah untuk mencoba, terlalu lelah untuk menerima, terlalu lelah untuk memberi, atau bahkan meremehkan satu sama lain. Jika berada pada titik itu, bukankah lebih baik dilepas?

Ada yang bilang, cinta itu tak bisa dicengkram terlalu erat, pada waktunya nanti akan memberontak—meminta untuk dilepas. Jadi, setialah pada komitmen yang menginspirasi satu sama lain, dan bukan membunuh jati diri satu sama lain.

Seperti yang saya bilang tadi, seharusnya perpisahan bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. Hanya saja kita tak bisa mencegahnya jika dia telah berada di hadapan kita.

Comments

Popular Posts