Blog Bulan Dua Belas

Yuhuu, I'm back! Lagi pengin bahas apa yang saya dapetin beberapa bulan belakangan ini, hehe. Well, sebenernya mungkin posting ini bakal cocok kalo ditaruh di akhir tahun menjelang tahun baru, tapi lagi mood nulisnya sekarang, ya sudahlah yaa, haha.

Ada salah satu beauty youtuber, Suhay Salim pernah memaparkan beberapa poin penting dalam hidup yang mesti diingat ketika udah menginjak usia-usia dewasa. Cieilah, ceritanya saya udah menginjak usia dewasa, nih :p Back to the topic. Jadi, dia pernah bilang begini, "You need understand at least 3 things: 1. You cannot control everything 2. All of your actions have consequences 3. This too will pass."

Dari situ saya mulai berpikir, pastinya setiap orang punya rumus yang berbeda buat hidupnya. Lalu, rumus hidup saya apa?

Di penghujung 2017 ini, saya bilang ada beberapa poin yang bisa saya kategorikan dalam hal yang penting untuk diketahui—buat diri saya sendiri.

Source image: unsplash.com

Hidup itu perlu improvement. Kamu nggak akan bisa hidup dengan cara yang sama terus baik dari pemikiran, reaksi, ucapan, maupun tindakan selama 50-60 tahun ke depan. You just can't. Hidup itu selalu berubah setiap detiknya. Dan, perlu adaptasi agar bisa bisa tetap nyaman, aman, damai hidupnya. Kok bisa? Soalnya, kita nggak bisa mengontrol perubahan kan? Daripada melawan arus, menolak arus, bukankah lebih mudah menerimanya dulu? Mencerna apakah itu membawa pengaruh positif atau negatif dalam hidup kita, lalu kalau emang nggak cocok ya, let it go aja. Legowo aja.

Yup. Hidup tuh harus lebih banyak legowo. Terlalu banyak dipikirin? Stres, berat badan nambah, kurang tidur, sakit. Ya gitu deh. Ada masalah? Kalau emang menurutmu berdampak besar dalam hidup, ya dipikirkan solusinya. Tentu aja nggak semua masalah bisa diselesaikan langsung dalam satu waktu ya. Cari perspektif baru, ngobrol sama temen atau keluarga yang bisa dipercaya, kalau perlu pergi ke terapis. Soalnya semakin mendem masalah sendiri, pastinya masalah bukannya selesai, malah cuma bisa dihindari aja—jadi bom waktu. Dan, kalau emang menurutmu nggak akan membawa dampak dalam beberapa tahun ke depan dalam hidup, yauda lepaskan aja. Kemelekatan terhadap sesuatu kurang baik juga kan?

Lagipula setiap pilihan yang kamu buat nggak ada yang benar-benar buruk. Kamu hanya perlu memilih yang nggak terlalu buruk di antara yang semuanya buruk. Misalnya, kamu suka banget sama pizza. Mampir deh ke restoran cepat saji buat beli pizza. Eh, tapi waiting list panjang banget, sementara perutmu udah keroncongan. Pilihannya ada tiga: menunggu, makan pizza di tempat lain, atau makan menu lainnya karena ada kemungkinan di tempat lain juga rame. Nah, setiap pilihan itu ada konsekuensinya masing-masing. Rasanya bukan zamannya lagi nyalah-nyalahin keadaan rame atau bersunggut-sunggut sendiri. Makin laper, bok! Yup, ada beberapa keadaan yang kalau nggak diputuskan cepet-cepet, keadaannya bisa lebih buruk, lho.

Tapiiiii... sesuatu yang 'buruk' perlu dialami biar:
a. Tahu yang mana yang diinginkan dan dibutuhkan ke depannya
b. Tahu apa yang bisa bikin diri jadi lebih baik lagi ke depannya
c. Tahu bahwa 'buruk' itu nggak selamanya buruk

Jadi, mesti pinter-pinter mengatur apa yang ada di kepala dan di hati. Soalnya kamu nggak bisa terlalu sering biarin orang atau keadaan bikin kamu sakit hati, kecewa atau marah. Belajar cuek untuk hal-hal yang nggak kasih dampak terlalu positif buat hidupmu, tapi bukannya nggak percaya sama orang lain, lho.

Percaya sama orang lain itu perlu dievaluasi. Nggak bisa serta merta judge orang ini nggak baik, nggak bisa langsung bilang baik. Ya, tetap terbuka aja. Kalau nggak cocok, yauda legowo aja. Kalau sakit hati? Ya, nggak usah dipusingin lama-lama. Kelihatannya mengentengkan masalah. Tapi ya apa untungnya lama-lama pikir hal yang nggak terlalu penting? Itu cuma menyenangkan ego aja. Ego tergores kan? Tapi hidup tuh nggak cuma ego. Kepala dan hati mesti seimbang gitu deh ceritanya, haha.

Lagipula kalau kita percaya dunia itu jahat, nantinya ketika ada seseorang mendekati kita untuk urusan tertentu, kitanya lebih mudah mikir yang aneh-aneh. Kenapa begitu? Karena nggak mau ego kita terluka lagi. Tapi kan kamu nggak akan bisa terluka sama hal yang menurutmu nggak bisa melukaimu kan? Apakah cokelat bisa membuat tanganmu memar? Nggak kan? (Edisi kangen cokelat, haha).

Semakin bertambahnya waktu, seharusnya hal-hal yang membuatmu terluka akan lebih berkurang bukannya bertambah. Kenapa? Karena kita belajar bahwa luka membawa pikiran kita lebih terbuka dan membawa pengalaman yang berharga. Bukannya mengotak-kotakan bahwa luka ini akan membuat kita lebih sakit, dan makanya menghindari luka. Itu sama aja kayak nanya ada nggak yang nggak pernah seumur hidup nggak pernah sakit (flu, batuk, dsb). It's impossible.

Untuk saat ini, saya nggak bisa merumuskannya dalam poin. Tapi setidaknya itulah yang menurut saya penting untuk saya jaga dalam beberapa tahun ke depan. Oh, ya saya nggak minta tulisan saya ini untuk dipercaya atau diakui, kok. Cuma mau nuangin isi kepala aja, hehe.

Tiba-tiba kepikiran pengin buat quotes ala ala buat menutup tulisan ini, haha.

Source image: unsplash.com
 
Hiduplah seperti pohon yang akan kembali berbuah setelah 'mati'. Berilah takaran air dan pupuk yang pas agar si pohon bisa kembali berbuah. Meski begitu, nggak ada yang pernah benar-benar tahu apakah buahnya nanti lebih manis atau bisa juga asam. Tapi toh nanti ada kesempatan untuk berbuah lagi.

Hidup itu selalu ada fase-fase yang buat kita terasa 'mati' atau frustasi. Tapi kalau kita beri emosi dan pemikiran yang positif, mudah-mudahan perasaan terhadap hidup jadi positif juga. Meski kita nggak pernah tahu apakah hidup kita nantinya akan lebih baik atau lebih buruk, nantinya ada kesempatan untuk memperbaikinya.

See you, again!

Comments

Popular Posts