Press The Pause Button

Pernah nggak dalam sehari rasanya terlalu banyak kejadian yang bikin mumet? Di momen-momen stressful seperti ini biasanya emosi saya meledak atau justru naik turun nggak karuan. Awalnya, saya menganggap ini reaksi alamiah. Well, setiap orang kan nggak bisa punya reaksi yang sama terhadap suatu kejadian kan? Dan, tentu aja, kamus 'tenang dulu' itu nggak bener-bener bisa lakuin.

Yap, saya baru bisa tenang kalau saya udah berhasil meluapkan emosi saya.

Dan, saya menganggap ini bukan sesuatu yang salah. Soalnya saya beranggapan, meluapkan emosi saya hingga habis total lebih baik daripada memendam emosi sampai memuncak nantinya.

Dengan sikap saya yang reaktif, tentu saja saya menyakiti pihak lain yang jadi korban pelampiasan dengan terpaksa. Jelas, orang lain nggak terima reaksi saya yang kayak gitu. Dan, akhirnya orang tersebut berbalik meluapkan amarahnya sama saya.

Sebenernya ini udah berlangsung luamaaaa banget. Sampai pada satu titik, saya mulai merasa ada yang salah dengan pola stressful condition-negative reaction-calm down. Agaknya mini workshop yang saya datangi pas Bulan April lalu jadi pemicu awalnya: Saya perlu belajar pick my battle. Kita nggak bisa menang dalam semua hal, tapi perlu bijak dalam menentukan pertandingan yang harus saya menangkan atau dicari win-win solution-nya.

Source Image: Photo by gbarkz on Unsplash

Nah, dari situ emang banyak kejadian-kejadian yang bikin emosi saya naik. Tapiiiiii... baru banget kemarin, saya shock sama diri saya. Saya bisa berpikir sebelum mengucapkan kata-kata yang nggak mengenakkan seperti biasa! Saya bisa seeeeekalem itu. Saya bisa suruh tubuh ini untuk ke sana kemari, ngelakuin ini itu.. dengan nada suara yang kalem seakan itu bukan hal yang besar.

Masih menunggu kejutan selanjutnya..

Comments

Popular Posts