Curse

Di era milenial, 2018 gini, masih ada yang percaya sama curse? Mungkin ini topik yang cukup random di antara topik blog saya lainnya, tapi beneran penasaran tentang hal ini belakangan. Oh ya, apa yang saya bahas di bawah ini bukan berarti mengandung unsur kebenaran. Soalnya setiap orang punya kepercayaan yang berbeda.

Dalam agama yang saya percayai, mengenal adanya hal yang saling terkait alias karma. Penjelasan singkatnya, karma itu tercermin dari yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan baik positif maupun negatif.

Selain itu, ada hal yang perlu diperhatikan:
1. Belum tentu suatu perbuatan akan kembali dengan perbandingan lurus
Kalau menolong orang yang sakit dengan sejumlah uang, belum tentu artinya nggak bakal sakit. Bisa jadi, orang ini jadi lebih sehat.

2. Hasil dari perbuatan kita belum tentu diterima saat ini juga
Seperti benih yang ditanam, kita nggak pernah tahu kapan buahnya bisa kita petik. Bisa saat ini bisa juga tahun depan atau di kehidupan lainnya (Buddhis percaya, ada kehidupan setelah kematian).

3. Suatu perbuatan bisa berbuntut mendapat hasil negatif kalau ada NIAT, SENJATA, TIMING yang tepat
a. Tidak sengaja menginjak semut hingga mati
Setiap makhluk hidup punya timing yang pas untuk mendapatkan sesuatu yang baik maupun baik. Kebetulan saja si semut ini punya TIMING untuk mendapatkan sesuatu yang buruk, mungkin hasil dari perbuatannya di masa sebelumnya.

b. Dengan sengaja membunuh semut yang merajalela di makanan kita dengan air panas
Jelas ada niat untuk membunuh, senjata (air panas) dan timing tepat sampai akhirnya para semut itu mati. Nah, perbuatan semacam ini bisa mendatangkan hal buruk dalam kehidupan kita nantinya. Mungkin kecil, tapi kalau dilakukan ratusan kali, maka dampaknya akan besar.

4. Seseorang bisa bertemu dengan seseorang yang lain, seperti teman, orangtua, jodoh, rekan bisnis, dsb itu karena ada jalinan karma yang setara
Ikatan karma setara artinya kemungkinan dulunya (Buddhis percaya ada kehidupan sebelum kehidupan ini), orang-orang ini pernah bertemu dan memang ada hubungan saat itu hingga berlanjut di masa ini. Bisa jadi ada hubungan yang tidak cocok juga karena dulu pernah ada konflik yang belum terselesaikan. Nah, makanya di kehidupan ini sebaiknya lebih banyak menjalin hubungan yang hangat dibandingkan musuh.

5. Karma itu yang membuat pribadi kita yang ada saat ini
Aku adalah pemilik karmaku sendiri
Pewaris karmaku sendiri
Lahir dari karmaku sendiri
Berhubungan dengan karmaku sendiri
Terlindung oleh karmaku sendiri
Apapun karma yang kuperbuat
Baik atau buruk

Itulah yang akan kuwarisi.
- Upajjhatthana Sutta (AN 5.57) -

Source Image Roberta Sorge on Unsplash
Kenapa saya membahas karma? Curse itu karma? Bukan kutukan? Bukan, bukan itu yang saya maksud.

Saya coba menganalisa, ketika seseorang mendapatkan curse artinya masih ada keterkaitan dia dengan curse itu. Misalnya, ada orang yang pakai pesugihan. Pesugihan itu kan punya tumbal yang biasanya adalah anak dari keluarga itu. Kenapa anak itu bisa jadi tumbalnya?
1. Adanya karma kolektif
Karma yang mengikat si anak dengan keluarga ini bisa jadi karena pernah senasib sepenanggungan sebelumnya.
2. Bisa jadi anak ini dulunya banyak melakukan perbuatan negatif juga.
Maka dia dapat karma negatif, yaitu menjadi tumbal di keluarganya.

Seperti namanya, curse akan berlaku turun menurun. Jika keluarga itu rajin menjalankan kesepakatannya, hidupnya mungkin akan terlihat baik-baik saja. Sebaliknya, jika kesepakatan tidak dilanjutkan, keluarga ini akan dirundung masalah. Ini katanya.

Menurut kalian, ada nggak cara memotong tali curse ini?

Comments

Popular Posts